• Kereta Listrik Tenaga Angin – 100% Belanda Jagonya

    Kereta Listrik Tenaga Angin

    Kereta Listrik, source: wikimedia.commons

    Tahukan anda, Negeri Belanda yang sering dikenal sebagai negeri kincir angin? Ternyata negara ini benar-benar bisa memanfaatkan potensi energi angin yang melimpah di negeri mereka secara maksimal. Betapa tidak, negeri yang memiliki hubungan erat dengan sejarah masa lalu negara kita ini, ternyata sekarang sudah mengoperasikan 100 persen dari kereta listrik mereka dengan energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga angin. Ya Negara ini menjadi negara yang paling berhasil menjalankan program kereta listrik tenaga angin.

    Di lansir dari enn.com, Per  bulan  Januari 2017 saja, diperkirakan sekitar 1,6 juta penumpang kereta api telah melakukan perjalan setiap harinya menggunakan kereta api listrik tenaga angin.

    Kereta Listrik Tenaga Angin – Kurangi Emisi Gas Karbon

    Tidaklah salah apabila dikatakan para penumpang kereta api di Belanda bepergian dengan karbon netral sepenuhnya. Demikian menurut pengumuman yang disampaikan operator  prinsipal kereta api penumpang setempat, NS.

    Kereta api listrik di belanda digerakan oleh 1.2 Juta KWH energi listrik yang dihasilkan oleh perusahaan pensuplai energy berkelanjutan, Eneco. Meskipun demikian, tercatat masih ada – namun jumlahnya sudah  berkurang – sejumlah kereta api yang masih dijalankan menggunakan tenaga diesel.

    NS dan Eneco pertama kali mengumumkan program kereta listrik tenaga angin pada tahun 2015. Program ini dibuat dalam rangka untuk memangkas emisi  gas kereta yang terus meningkat sebelumnya. Pada awalnya bertujuan sebagai masa peralihan program kereta api dengan energi terbarukan 100 persen pada tahun 2018. Namun rupanya


    target bisa tercapai lebih cepat dari yang direncanakan, dan terus  bergerak naik setelah mencapai 75 persen pada 2016.

    Kesuksesan ini tentu saja sangat mengesankan. Target kereta api dengan energi terbarukan dapat tercapai satu tahun lebih cepat dari rencana.

    Indonesia, Kapan ya bisa memanfaatkan energi hijau lestari secara maksimal..?